Cerita burung tentang pengaruh terong terhadap syahwat kaum pria memang sudah lama beredar.
Namun, karena tidak ada bukti nyata maka di kalangan ilmuwan tidak ada yang mempercayai berita itu, sementara di masyarakat biasa kepercayaan yang timbul secara berkala itu tetap dianggap benar.
Untuk mengkaji kebenarannya, Dr. Fasich dari Universitas Airlangga telah melakukan percobaan selama empat tahun, dengan menyuntik tikus dengan solasodin, zat yang berasal dari buah terong susu. Zat ini juga terkandung dalam buah terong biasa, yang lazim kita sayur, hanya kadarnya tidak sebanyak dalam terong susu.
Hasil yang diperoleh, solasodin jelas menyebabkan kemandulan, tapi tikus yang bersangkutan tetap bergairah melakukan tugas sebagai suami-istri. Jadi, kesimpulan yang dapat ditarik dari pengkajian ini adalah zat solasodin yang terkandung dalam terong hanya mencegah kesuburan (karena ternyata tikus betina percobaan bisa beranak kembali ketika tidak disuntik lagi) dan tidak menurunkan libido (syahwat) tikus.
Sementara solasodin dari terong susu yang banyak saja tidak berpengaruh terhadap libido, apalagi solasodin dari terong sayur yang kepekatannya lebih rendah.
Sayang, sampai sekarang kita belum tahu apakah itu suatu senyawaan organik yang jelas strukturnya (hingga bisa diberi nama menurut tata cara pemberian nama bagi bahan organik), ataukah suatu unsur biasa saja, seperti logam, basa, atau senyawaan anorganik lainnya.
sumber tribun