Di mata banyak orang, dia adalah pria idaman banyak orang. Mengadu nasib dari desa ke kota untuk kuliah, setelah lulus dengan nilai yang sangat baik, berhasil mendapat pekerjaan yang sangat baik di sebuah perusahaan, menikah dengan seorang wanita baik, dan memiliki seorang anak laki-laki yang sangat lucu. Di usianya yang ke-30, dia menjadi tangan kanan dari bos di perusahaan tempatnya bekerja. Orang-orang di desanya selalu memujinya, "Kamu seperti burung rajawali yang berhasil melayang tinggi dari desa kami!"
Istrinya, Miriam, adalah teman kuliahnya. Miriam terlihat seperti wanita biasa, setelah menikah dia bekerja lebih sedikit dan setelah anak pertama mereka lahir, Miriam berhenti bekerja dan merawat anak di rumah. Pria ini bekerja, dan Miriam tinggal di rumah merawat anak. Kalau dilihat-lihat, mobil, istri, anak, rumah, jabatan tinggi, semuanya dimiliki pria ini.
Di usianya yang ke 37, karena dituntut lebih oleh perusahaan, dia memberanikan diri untuk sekolah lagi untuk mengambil gelar MBA dan mengikuti ujian pengambilan sertifikat. Hal ini membuatnya sulit menjaga rumah dan dia mau tidak mau harus mengurangi waktunya di rumah. Istrinya tidak berkata apa-apa dan hanya berusaha sekuat tenaga menyiapkan segala sesuatu supaya suaminya tidak jatuh sakit.
Suatu pagi, setelah anaknya pergi sekolah, Miriam melihat sebuah amplop di atas meja makan. Karena penasaran, dia membuka amplop itu, mengeluarkan isinya dan menemukan secarik surat yang bertuliskan "Surat Cerai" di atasnya. Bingung, sedih, dan takut, dia langsung menangis sejadi-jadinya ketika suaminya pulang. Dia sudah berusaha keras, suaminya adalah pria yang dia ingin temani seumur hidupnya, lebih dari sepuluh tahun dia merawat rumah ini, hatinya hancur ketika dia melihat surat itu...
Melihat istrinya berlinangan air mata, pria ini mengatakan sesuatu, tidak banyak, "Perasaan cinta kita udah hilang. Aku nggak cinta lagi sama kamu. Aku bawa anak kita, rumah buat kamu."
Kalimat ini membuat hati Mariam hancur. Akhirnya dia mengatakan, "Boleh nggak kita tunggu sampe anak kita lulus kelas 6 SD?"
Pria ini kemudian dengan dinginnya memutuskan perceraian mereka. Hari-hari berikutnya dia jarang sekali pulang ke rumah. Setiap hari pergi keluar bercinta dengan selingkuhannya. Suatu hari selingkuhannya berkata, "Kamu kok bego banget sih? Kenapa rumahnya dikasih semua ke dia? Emang kamu pikir dia ga bakal punya cowok simpenan lain?"
Pria ini kemudian memutuskan untuk memeriksa keadaan wanita yang saat itu masih menjadi istrinya. Awalnya dia kira cewek yang selama ini di rumah jaga anak, mana mungkin sih bisa punya pria simpenan? Tapi akhirnya di hari dia membuntuti istrinya, dia melihat Mariam masuk ke dalam sebuah hotel kecil dengan seorang pria. Pria ini kemudian membuntutinya, bahkan kemudian mengetuk pintu kamarnya dengan kencang. Setelah pintu dibuka, dia menerjang masuk dengan pengacara pribadinya katanya,
"Cepet difoto! Lihat siapa cowok yang berduaan sama pelacur ini!"
Tapi setelah dia melihat siapa pria yang terdorong jatuh di tanah, dia terdiam...
"Papa? Kenapa papa ada disini?"
Mariam menjawab, "Kamu tahu nggak, papamu sakit. Waktu itu kamu lagi ujian, dia takut kamu jadi kepikiran. Waktu keluarga yang lain menelefon, aku langsung ke rumah papa untuk merawat papa. Papa bilang dia nggak mau kasih tau kamu. Akhirnya kami cuma bisa menyewa hotel kecil ini supaya kamu nggak tahu dan nggak kepikiran. Walaupun kita sudah akan bercerai, aku nggak bisa ninggalin papa sakit begitu aja. Aku nggak bisa nggak berbakti sama orang tua yang udah menerimaku jadi bagian keluarganya."
Bulan Juli, mereka bercerai, dan kisah ini berakhir.
Pernikahan, terkadang memang tidak mudah. Tapi bukankah ketika kita sudah punya segalanya, sudah seharusnya kita lebih mencintai pasangan kita dengan apa yang kita punya? (cerpen.co.id)