Konflik berkepanjangan antarnegara di kawasan Laut Tiongkok Selatan (LTS) belum juga mereda.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyatakan sinyal bahwa konflik tersebut telah mengancam keutuhan dan kedaulatan Republik Indonesia.
Gatot menjelaskan bahwa ancaman yang paling tampak yakni lepasnya Pulau Natuna dari NKRI. Hal tersebut disebabkan karena angkatan bersenjata Tiongkok berencana kembali membangun pulau buatan yang dekat dengan wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia.
“Jika pulau itu ada dan Tiongkok menuntut negara lain mengakui itu adalah pulaunya maka wilayah laut mereka akan sampai ke Natuna,” kata Gatot saat memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok, Rabu (16/11/2016).
Gatot menjelaskan bahwa Tiongkok sebelumnya juga telah membangun bangunan
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyatakan sinyal bahwa konflik tersebut telah mengancam keutuhan dan kedaulatan Republik Indonesia.
Gatot menjelaskan bahwa ancaman yang paling tampak yakni lepasnya Pulau Natuna dari NKRI. Hal tersebut disebabkan karena angkatan bersenjata Tiongkok berencana kembali membangun pulau buatan yang dekat dengan wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia.
“Jika pulau itu ada dan Tiongkok menuntut negara lain mengakui itu adalah pulaunya maka wilayah laut mereka akan sampai ke Natuna,” kata Gatot saat memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok, Rabu (16/11/2016).
Gatot menjelaskan bahwa Tiongkok sebelumnya juga telah membangun bangunan
permanen di Scarborough Shoal, yakni pulau karang yang berdekatan dengan wilayah Filipina. Serta pembangunan infrastruktur di Fiery Cross Reef di Kepulauan Spratlys.
“Tiongkok juga telah menyatakan kedaulatan yang tidak terbantahkan atas pulau-pulau di LTS dan perairan yang berdekatan,” tegasnya.
Ancaman tersebut, lanjutnya, bukan lagi teori. Ancaman itu sudah ada. Seperti misalnya ditemukannya sejumlah kapal ikan asal Tiongkok yang dikawal oleh kapal penjaga pantai Tiongkok di perairan ZEE Indonesia dekat Pulau Natuna. Seperti kapal ikan Gui Bei Yu 27088 yang ditangkap perairan Natuna pada Mei lalu.
“Jangan khawatirkan kapal ikannya saja, tapi coba perhatikan kapal pengawalnya. Dengan adanya kapal pengawal ini berarti Tiongkok telah mengklaim perairan itu sebagai wilayahnya,” ungkapnya.
Selain itu, adanya klaim Tiongkok terhadap sebagian wilayahnya di negara Asia Tenggara berdasarkan sejarah masa lalunya, juga ikut menjadi kerisauan tersendiri bagi Indonesia dan negara-negara lain seperti Vietnam dan Myanmar.
“Tiongkok bisa saja mengirim satu juta warganya untuk mengklaim tanah di Vietnam karena Tiongkok dulu punya wilayah di sana,” tuturnya.
Dia menambahkan bahwa ancaman tersebut tidak hanya diantisipasi dengan cara-cara militer. Namun juga dengan mengajak masyarakat untuk menumbuhkan kembali semangat persatuan.
Sumber: suaranetizen
“Tiongkok juga telah menyatakan kedaulatan yang tidak terbantahkan atas pulau-pulau di LTS dan perairan yang berdekatan,” tegasnya.
Ancaman tersebut, lanjutnya, bukan lagi teori. Ancaman itu sudah ada. Seperti misalnya ditemukannya sejumlah kapal ikan asal Tiongkok yang dikawal oleh kapal penjaga pantai Tiongkok di perairan ZEE Indonesia dekat Pulau Natuna. Seperti kapal ikan Gui Bei Yu 27088 yang ditangkap perairan Natuna pada Mei lalu.
“Jangan khawatirkan kapal ikannya saja, tapi coba perhatikan kapal pengawalnya. Dengan adanya kapal pengawal ini berarti Tiongkok telah mengklaim perairan itu sebagai wilayahnya,” ungkapnya.
Selain itu, adanya klaim Tiongkok terhadap sebagian wilayahnya di negara Asia Tenggara berdasarkan sejarah masa lalunya, juga ikut menjadi kerisauan tersendiri bagi Indonesia dan negara-negara lain seperti Vietnam dan Myanmar.
“Tiongkok bisa saja mengirim satu juta warganya untuk mengklaim tanah di Vietnam karena Tiongkok dulu punya wilayah di sana,” tuturnya.
Dia menambahkan bahwa ancaman tersebut tidak hanya diantisipasi dengan cara-cara militer. Namun juga dengan mengajak masyarakat untuk menumbuhkan kembali semangat persatuan.
Sumber: suaranetizen